anda pengunjung ke

Monday, February 29, 2016

SOCRATES



 
Lahir di Athena pada tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya tukang pembuat patung, ibunya bidan, bernama Phainarete. Pada awalnya Socrates ingin mengikuti jejak bapaknya sebagai tukang pembuat patung, namun ia berganti haluan dari membentuk batu jadi patung ia membentuk watak manusia. Socrates mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan filsafat di barat, karena Socrates merupakan filusuf pertama yang memulai filsafatnya dengan mengandalkan sepenuhnya rasio atau akal budi manusia dan meninggalkan jauh mitis yang saat itu mulai ditinggalkan oleh bangsa Yunani.
Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya diperoleh informasi bahwa Socrates adalah murid dari Arkhelaos yaitu seorang filusuf pengganti Anaxagoras, dan ia juga membaca karya-karya Anaxagoras karena ia tertarik pada ajaran nus yang nantinya ia juga kecewa akan isi ajarannya. Dari filusuf-filusuf alam ini ia kemudian berbalik mencari jalan filsafatnya sendiri.

Socrates adalah seorang yang bertubuh kuat namun berwajah buruk bahkan dicoba digambarkan keburukan wajah Socrates yang disamakan dengan Satyros yang dalam mitologi Yunani adalah mahluk yang setengah berupa hewan dan setengah berupa manusia, namun disatu sisi digambarkan juga kekuatan fisiknya dimana Socrates selalu memakai mantel yang sama disaat musim dingin dan panas, dan ia selalu bertelanjang kaki, Socrates tahu bagaimana cara mengendalikan dirinya sehingga ia luput dari segala kebutuhan insani. Kata sofis Antiphon tentang cara hidup Socrates, “ Seorang budak yang dipaksa untuk hidup begitu, pasti akan melarikan diri”. karena kekuatan fisik itulah tidak mengherankan apabila ia bisa bergabung dalam kemiliteran dan masuk dalam Hoplites, yaitu suatu bentuk pasukan infanteri, dan pada masa itu persenjataan yang merawat adalah tentara itu sendiri sehingga yang menjadi tentara adalah mereka-mereka yang mampu saja. Dengan menjadi tentara inilah Socrates sempat 3 kali meninggalkan kota Athena untuk berperang, dan menurut beberapa sumber memang hanya 3 kali inilah Socrates meninggalkan Athena.
Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar, ia malah tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Baginya filosofi bukan hanya isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkannya. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir. Socrates tidak menuliskan filosofinya, maka sulit sekali mengetahui dengan kesahihan ajarannya. Ajarannya itu hanya dikenal dari catatan-catatan murid-muridnya, terutama Xenephon dan Plato. Catatan Xenephon kurang kebenarannya, karena ia sendiri bukan seorang filosof. Untuk mengetahui ajaran Socrates, orang banyak bersandar kepada Plato. Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.

Tujuan filosofi Socrates ialah mencari kebenaran yang berlaku untuk selama-lamanya. Pendapatnya berbeda dengan guru-guru sofis yang mengajarkan bahwa semuanya relatif dan subyektif dan harus dihadapi dengan pendirian yang skeptis. Socrates berpendapat, bahwa kebenaran itu tetap dan harus dicari. berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan.

Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan (maieutik). Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.

Socrates mengajarkan murid-muridnya bagaimana mereka harus berpikir kritis dan demokrasi. Cara Socrates mengajar sangatlah unik. Jika filosof-filosof lain mengajar dengan cara menggurui atau dengan kata lain menceramahi, maka Socrates menggunakan caranya sendiri yaitu dengan bertanya terus menerus. Misalnya, saat berjalan-jalan di pasar Agra di Athena, Socrates bertemu dengan seorang pedagang, lalu dia bertanya “mengapa kamu bisa menjadi kaya sedangkan orang lain tidak?”, atau saat berjalan-jalan dipasar itu dia bertemu dengan seorang panglima perang dan dia bertanya “mengapa kamu menggunakan taktik seperti itu, bukan seperti ini?”. Perlu diketahui bahwa pada masa Socrates penduduk kota Athena hanya berjumlah 150.000 orang dan pasarnya juga hanya satu. Jadi, setiap orang berkumpulnya di pasar. Mulai dari kaisar, jendral, hakim dan sebagainya.

Banyak orang yang menganggap Socrates adalah orang yang menyebalkan, karena dia bertanya terus menerus pada setiap orang. Tentu saja jika ditanya tentang ‘apa yang kau makan hari ini” semua orang bisa menjawab, tapi dengan pertanyaan-pertanyaan diatas, belum tentu semua orang senang untuk menjawabnya. Dan karena itulah Socrates dikenal sebagai first class pain atau si trouble maker. Seorang yang sangat-sangat menyebalkan. Menurut Socrates memang ada 2 jenis manusia, manusia yang bertanya terus menerus untuk menjadi pembuat keonaran, ataupun manusia yang bertanya terus menerus untuk mendapatkan kebenaran yang sejati. Socrates memang ingin mendapatkan kebenaran sejati itu.

Oleh karena Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya-jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkut-paut. Induksi menjadi dasar definisi.

Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi. Pengertian yang diperoleh itu diujikan kepada beberapa keadaan atau kejadian yang nyata. Apabila dalam pasangan itu pengertian tidak mencukupi, maka dari ujian itu pengertian dicari perbaikan definisi. Definisi yang tercapai dengan cara begitu diuji pula sekali lagi untuk mencapai perbaikan yang lebih sempurna. Demikianlah seterusnya. Begitulah cara Socrates mencapai pengertian. Dengan melalui induksi sampai kepada definisi. Definisi yaitu pembentukan pengertian yang umum lakunya. Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Budi ialah tahu, kata Socrates. Inilah inti sari daripada etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham etiknya itu kelanjutan dari metodenya. Induksi dan definisi menuju kepada pengetahuan yang berdasarkan pengertian. Dari mengetahui beserta keinsafan moral, mesti menimbulkan budi. Apabila budi adalah tahu, maka tak ada orang yang sengaja, atas maunya sendiri, berbuat jahat. Kedua-duanya, budi dan tahu, bersangkut-paut. Apabila budi adalah tahu, berdasarkan timbangan yang benar, maka kejahatan hanya datang dari orang yang tidak mengetahui, orang yang tidak mempunyai pertimbangan atau penglihatan yang benar. Untuk itu perlulah orang pandai menguasai diri dalam segala keadaan. Dalam suka maupun duka. Dan apa yang pada hakekatnya baik, adalah juga baik bagi kita sendiri. Jadinya, menuju kebaikan adalah jalan yang sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup. Kesenangan hidup tidak pernah dipersoalkan oleh Socrates, sehingga murid-muridnya kemudian memberikan pendapat mereka sendiri-sendiri tentang kesenangan hidup.

Pada usia 70 tahun ia diajukan ke sidang karena dianggap membahayakan penduduk Athena. Ia dituduh tidak percaya pada allah-allah yang diakui oleh polis dan mengintrodusir praktek-praktek religius baru, ia juga bersalah karena ia mempunyai pengaruh yang kurang baik atau kaum muda. Dan akhirnya Socrates meninggal karena ia dihukum mati dengan meminum secawan racun, demi mempertahankan pendiriannya yang tidak ingin meninggalkan Athena seperti yang dilakukan kaum sofis.

No comments: